Jumat, 10 April 2015

Berislam di Jepang


Agama apakah yang menjadi agam mayoritas masyarakat Jepang? Selain itu, adakan Masyarakat Jepang yang beragama Islam?

Tentu pertanyaan tersebut bisa jadi keluar dari masyarakat yang masih awam tentang Jepang. Maih banyak masyarakat mengira bahwa ketika di negeri yang dianggap sebagai negeri orang-orang asing, tentu akan disangka tidak ada agama Islam di dalamnya. Namun Islam sudah sangat dikenal luas di seluruh belahan bumi, meskipun dengan pemahaman masyarakat yang terbatas akan Islam. Lalu bagaimana dengan Jepang?
Jawaban atas pertanyaan pertama adalah mayoritas penduduk Jepang beragama Shinto atau budha, bukan konghuchu atau hindu. Agama Shinto sangat percaya akan tahayul-tahayul yang beredar di masyarakat sehingga sangat wajar ketika Masyarakat Jepang memiliki banyak sekali kepercayaan mistis.
Masyarakat Jepang juga memandang bahwa ajaran agama hanya sebatas budaya dan tradisi. Oleh karenanya Masyarakat Jepang lebih memilih untuk tetap memegang teguh ajaran agama Shinto, dan menganggap ajaran agama lain seperti Islam adalah agama berasal dari budaya arab, Kristen berasal dari budaya Eropa, dan sebagainya. Disisi lain, anggapan tersebut berdampak pada banyaknya budaya dan tradisi yang dimiliki Masyarakat Jepang dalam hal-hal yang berbau mistis karena mereka menggabungkan antara budaya dan tradisi dengan agama menjadi satu.
Dampak lain yang ditimbulkan dari anggapan tersebut adalah munculnya anggapan toleransi beragama. Toleransi beragama yang ditimbulkan oleh anggapan tersebut sangat mengacaukan aturan dalam aturan agama tersebut. Namun pemikiran inilah yang ternyata juga dijadikan sebagai pemikiran beberapa Masyarakat Muslim di Indonesia. Sehingga beberapa aturan atau syariat Islam yang seharusnya diterapkan secara kaffah (sempurna), hanya dianggap sebagai aturan tradisi dan budaya masyarakat arab.
Salah satu contoh yang berkembang di Jepang adalah adanya perayaan natal yang dimeriahkan secara langsung oleh Masyarakat Jepang. Meski mereka tidak mendatangi atau menghadiri perayaannya di gereja. Kegiatan ini juga yang berkembang di Masyarakat Muslim di Indonesia. Beberapa dari mereka menghadiri undangan perayaan natal atau ikut menunggu datangnya santa clause.
Memang Masyarakat Jepang menerima dengan baik perayaan ajaran Kristen bahkan memeriahkan beberapa acaranya. Akan tetapi mereka tetap memeluk ajaran Shinto, tidak masuk ke dalam Kristen.
Anggapan bahwa agama hanya sebagai budaya atau tradisi mengakibatkan agama hanya sebagai ritualitas atau perayaan, bukan sebagai pedoman hidup. Bahkan setelah terjadi Perang Dunia kedua, muncul trend di Masyarakat Jepang yang melangsungkan pernikahan di gereja dengan tata cara Kristen. Namun ketika mereka meninggal, jasad mereka akan diupacaraka sesuai tradisi atau budaya ajaran Shinto atau budha. Inilah sebuah makna toleransi yang dianggap Masyarakat Jepang karena menganggap agama hanya sebagai budaya atau tradisi.
Sementara itu, untuk jawaban atas pertanyaan kedua, yakni keberadaan Masyarakat Jepang yang memeluk Islam di Jepang, tentu kita dapat melihatnya dengan menelisik sejarah. Betapa sejarah akan mengajarkan banyak hal kepada kita. Pada pembahasan bab kedua kita akan membahas lebih banyak tentang sejarah masuknya Islam di Jepang. Jawaban untuk pertanyaan kedua, tentu saja ada beberapa Masyarakat Jepang yang dibukakan pintu hatinya oleh Allah Swt untuk menerima hidayah Islam. Namun Islam masih sangat minoritas di Jepang.
Mengapa Islam tidak sepopuler agama Kristen? Apakah orang-orang Jepang juga akan merayakan apa yang dirayakan oleh orang Islam? Islam merupakan agama yang baru masuk ke Jepang. Yakni akhir abad kesembilan belas. Jadi wajar Islam tidak begitu dikenal di Jepang. Sementara itu, Islam tidak memiliki kepopuleran seperti Kristen karena Islam tidak memiliki perayaan-perayaan seperti pesta, perayaan, ritual, ataupun hal-hal lainnya yang berbau syirik, boros, dan sejenisnya. Kalaupun Islam memiliki kegiatan besar seperti idhul fitri ataupun idhul adha, tidak dirayakan secara besar-besaran sehingga melalaikan hal-hal yang wajib atau melakukan hal-hal yang dilanggar.
Agama Islam adalah agama yang memiliki fondasi kuat. Tidak ada yang bisa mengikuti peribadahan orang Islam seperti peribadahan yang dilakukan terhadap ajaran Kristen. Jika ingin mengikuti kegiatan yang berbau keagamaan dalam Islam, orang tersebut harus memeluk Islam terlebih dahulu, yakni dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Contoh dalam Islam terdapat shalat, yang merupakan peribadahan wajib dalam Islam. Bagi orang yang tidak memeluk Islam, tidak bisa melakukan shalat. Meskipun orang-orang non-muslim tersebut melakukan gerakan yang sama dengan shalat, akan tetapi amalannya tertolak dan tidak berpahala sedikitpun.
Disisi lain, Islam memiliki kalender khusus dalam menentukan kegiatan besar. Contohnya dalam menentukan Idhul Fitri, tidak pernah ditentukan setiap bulan januari, februari, ataupun maret, akan tetapi ditentukan melalui kalender hijriah, yakni pada tanggal 1 syawal. Tentu setiap tahunnya tidak akan sama dengan kalender biasa. Hal yang tidak wajar bagi Masyarakat Jepang yang tidak memeluk Islam sehingga kegiatan ini tidak dapat diikuti orang Jepang. Bahkan, ketika kegiatan besar Islam tiba, masyarakat Jepang merasa tidak terjadi apa-apa karena bisa jadi kegiatan tersebut tiba pada saat hari aktif kerja atau kuliah.
Betapa Islam belum begitu dikenal meluas masyarakat Jepang sehingga masih banyak yang bertanya apa itu Islam, apa itu masjid, mengapa orang-orang Islam melakukan gerakan-gerakan shalat, mengapa perempuan dalam Islam menutup kepalanya dengan jilbab bahkan mengapa orang-orang Islam berkumpul dalam suatu ruangan lalu melakukan gerakan-gerakan yang asing bagi mereka secara bersama-sama.
Pembahasan lebih rinci mengenai sejarah, shalat, jilbab dan sebagainya akan dibahas pada bab-bab selanjutnya.

*Insya Allah catatan ini akan menjadi bahan buku 'Cahaya Allah di Negeri Sakura' edisi kedua. Mohon doanya agar diberkahi, dimudahkan, dan dilancarkan Allah. Mohon bantuan kepada rekan semua untuk membantu dalam koreksi kata, kalimat, atau pernyataan yang kurang karena ilmu penulis sangatlah dangkal. jazakallaahu khairan katsir :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar