Di sebuah acara ospek fakultas, tepat di tanggal 18 Ramadhan 1431 Hijriah. Allah mempertemukanku dengan orang-orang asing yang belum aku kenal sebelumnya di dalam acara ini. Di dalam kelompok tersebut, kami dipandu oleh satu kakak tingkat.
“Assalamualaikum adik-adik” sapa kakak tingkat kami dengan ramah, tidak lupa senyumnya yang membuat acara ospek itu menjadi damai.
“Waalaikum salam kak” jawab kami serempak, kami berjumlah 13 orang dari jurusan yang berbeda.
“Bagaimana kabar kalian hari ini?,” dia melanjutkan pembicaraanya, “Ospeknya lancar kan?”
“Capek kak” Jawab salah satu anggota kami dengan nada sinis.
”Iya capek” yang lain menimpali.
“Kak ini sebenarnya apa sih? Kok kita ada dalam satu lingkaran seperti mau belajar bersama saja?” tanya teman yang lain lagi sembari bertanya-tanya.
“Oh ini namanya mentoring, disini saya sebagai pemandu kalian. Biasa dipanggil mentor. Disini saya akan mendampingi kalian selama satu semester, dan setelah acara ospek ini tiap pekan kita akan mengadakan pertemuan rutin.” Jawabnya secara bijak sembari menggerak-gerakkan tangannya.
”Ah, capek kak, jadi rangkaian acara ini masih lama ya kak?” keluh temanku yang di awal tadi.
”Tidak seperti itu, mentoring ini ibarat tempat adik-adik semua mencharge energi setelah sepekan berkutat dengan kuliah”
”Jadi acara ini tidak wajib ya kak?”
“Tidak diwajibkan, tapi diharuskan. Ibarat kita makan 3x dalam sehari, memang makan tidak diwajibkan, namun diharuskan untuk makan. Seperti itulah mentoring.” Senyumnya tetap menghiasi mentoring kami yang ternyata secara tidak sadar duduknya telah membentuk sebuah melingkar.
”Ada pertanyaan lain?”
”Saya kak,” temanku yang lain lagi sembari mengacungkan tangannya, ”Lalu fungsi lainnya dari mentoring untuk kita apa kak? Kok saya masih sedikit mengambang ya?” tanyanya dengan logat sedikit jawa medhok.
”Fungsinya tidak terasa sekarang, namun akan terasa ketika kalian istiqomah dan bersungguh-sungguh dalam mengikuti mentoring ini.”
”Jadi kalau saya ga ikut, gapapa ya kak?”
”Tetap saja diharuskan dek. Kita ini ibarat sekumpulan domba yang sedang berkumpul, yang mana diluar sana terdapat serigala yang siap untuk menerkam, lalu ketika ada salah satu dari domba yang lengah atau bahkan lepas, maka serigala siap untuk menerkam.”
Sejak pertemuan itu, aku merasa ada yang memperhatikanku setiap harinya, dialah mentorku. Seakan-akan dia telah mengisi ruang hatiku yang telah kosong ini. Melaluinya, Allah telah mengajariku banyak hal dalam beragama.
”Dek, Sabtu depan kita mentoring ya.” Sebuah sms masuk ke dalam HP ku. Aku berusaha untuk tidak membalasnya, akan tetapi hati kecilku menyuruhku untuk membalas.
”Iya kak” balasku melalui pesan singkat tersebut. Akhirnya kami membuat kesepakatan terkait tempat dan waktu untuk mentoring.
Hari Sabtu pun tiba, aku mendatangi agenda mentoring itu. Dari kejauhan kulihat sosok yang pernah ku temui satu tahun yang lalu, dan ternyata dia adalah mentorku yang dulu. Wajah cerahnya masih saja seperti dulu. Dia datang menyambutku, dia memelukku. Menempelkan pipinya di pipiku, sembari berkata,
”Ana uhibbukum fillah akhi –saya mencintaimu karena Allah saudaraku-. Kami merindukan kamu untuk kembali di dalam mentoring ini.”
”Iya kak, saya juga merasa hampa ketika memutuskan untuk meninggalkan mentoring beberapa bulan lalu”
Akhirnya aku kembali kedalam dekapan persaudaraan mereka setelah sekian bulan kering tanpa persaudaraan. Terima kasih untuk saudara-saudaraku yang sudah mau menerimaku lagi
Askum mas izur ^^ yuhuuu
BalasHapus