Jumat, 15 Agustus 2014

Pernah Merasa Kehilangan?

Kehilangan akan sesuatu yang berharga dalam hidup kita merupakan hal yang sangat disesalkan. Terlebih akan hilangnya sesuatu yang besar usaha kita untuk meraihnya, dan sudah berhasil kita dapatkan sementara, lalu pergi.

Kehilangan seseorang yang kita cinta, barangkali adalah hal fitrah setiap manusia, bukankah Al-Quran sudah memberikan jawaban yang jelas atas semuanya?

Bagi saya, mencintai seperlunya, dan membenci juga seperlunya. Mencintai karena Allah, dan membenci karena Allah. Kenapa demikian? Mencintai karena Allah akan membantu kita meningkatkan ketaqwaan kepada-Nya. Membenci karena Allah akan membantu kita menjauhi kemaksiatan yang dihasilkan karenanya.

Maka, alangkah baiknya kita tidak terlalu terlarut dalam kesedihan karena kehilangan seseorang. Belum sampaikah kisah Seorang Buya Hamka kepada kita semua? Sosok yang tak lagi muda itu, merasa berat ditinggalkan istrinya, dan merasa rindu akan kehadirannya. Akan tetapi, ketika rasa rindu itu menyerang, dia segera membuka beberapa buah surat cinta, bukan surat cinta dari Sang Almarhumah, akan tetapi surat cinta yang difirmankan Allah. Ya, dia menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca surat-surat cinta. Dia ingin mengalihkan perhatian cintanya kepada Sang Istri menjadi cinta kepada Sang Rabbi. Dia amat takut cintanya kepada Sang Istri melebihi cintanya kepada Sang Rabbi.

Nah, seberapa besar cinta kita kepada sesama makhluk? Apakah melebihi cinta kita kepada Sang Maha Pencipta?

Malam ini, betapa terasa makna kehilangan tersebut. Sebuah perasaan membuncah dalam dada ketika harus mengingatnya. Akan tetapi, bukankah kehilangan satu ayat cinta-Nya, lebih menyedihkan daripada kehilangan seorang hamba?

Rasa sedih, malu, dan ingin menangis, ketika mendengarnya dilantunkan orang lain, sementara pikiran kita hanya berusaha mengingat-ingatnya.

Sebuah surat yang menginspirasi saya untuk menuliskan buku kelima, kini kembali menjadi topik hangat dalam kehidupan saya. Ya, saya pernah memilikinya, dan sekarang sudah mulai kehilangannya.

Saya jadi teringat beberapa tahun lalu, bagaimana saya giat menghafalkan Surat Yusuf. Bukan karena seseorang, akan tetapi betapa indah kisah yang ada di dalamnya. Akan tetapi, akhir-akhir ini semua sudah mulai memudar.

Terkalahkan oleh Surat Al-Kahfi? Bukan, hanya karena saya yang terlalu malas menghafal ulang atau muraja'ah dan menambah hafalan. Hmmm.

Murratal Misyary Rasyid yang terdengarkan dari kamar seakan memenuhi rongga hati, ingin mengulang kembali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar