Bismillah.
"Diantara dampak seseorang bermaksiat adalah Allah menyulitkan urusannya, maka tidaklah ia menuju suatu urusan kecuali ia mendapati urusan tersebut tertutup baginya, sulit untuk ditempuhnya. Hal ini sebagaimana bahwasanya barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan memudahkan urusannya. Barang siapa yang membuang ketakwaannya maka Allah akan menyulitkan urusannya. Sungguh mengherankan bagaimana seorang hamba mendapati pintu-pintu kebaikan dan kemaslahatan telah tertutup di hadapannya dan sulit baginya, lantas ia tidak tahu kenapa bisa hal ini menimpanya ??!!" (Al-Jawaab al-Kaafi)
Mungkin beberapa dari kita pernah mengalami hal demikian, karena hal yang wajar bagi seorang manusia melakukan sebuah dosa. Mari kita bermuhasabah, bersama-sama melihat apa yang ada didalam diri. Adakah secuil kedengkian yang melekat, atau sebiji sawi kesombongan yang tertempel, atau bahkan kita tak menyadari bahwasanya ada dosa sebesar gajah yang hinggap dalam diri kita.
Dalam buku Tazkiyatun Nafs, disebutkan bahwasanya ketika kita tidak mengetahui aib kita sendiri, maka kita tidak akan mampu membuangnya. Muhammad bin Wasi' pernah berwasiat kepada dirinya sendiri, yang semoga menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa ketika dosa memiliki bau, barangkali sungguh tidak ada seorangpun yang sanggup duduk membersamaiku. Maka, bagaimana dengan kita? Perlulah kita terus memuhasabah diri agar terus menyadari, menghilangkan dosa, bertaubat dan menggantinya dengan kebaikan lainnya.
Mencoba untuk kulsap setelah beberapa lama tidak menuliskannya.
Sepekan lalu, saya mendapati sebuah update status dari salah seorang ustad, yakni Ustad Firanda Andirja. Tertulis tentang kemaksiatan yang menghalangi kita dari kenikmatan-kenikmatan yang seharusnya Allah berikan. Namun, karena kelalaian kita, dan keberanian kita melakukan kemaksiatan, akhirnya tertundalah kenikmatan itu.
Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata :
"Diantara dampak seseorang bermaksiat adalah Allah menyulitkan urusannya, maka tidaklah ia menuju suatu urusan kecuali ia mendapati urusan tersebut tertutup baginya, sulit untuk ditempuhnya. Hal ini sebagaimana bahwasanya barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan memudahkan urusannya. Barang siapa yang membuang ketakwaannya maka Allah akan menyulitkan urusannya. Sungguh mengherankan bagaimana seorang hamba mendapati pintu-pintu kebaikan dan kemaslahatan telah tertutup di hadapannya dan sulit baginya, lantas ia tidak tahu kenapa bisa hal ini menimpanya ??!!" (Al-Jawaab al-Kaafi)
Mungkin beberapa dari kita pernah mengalami hal demikian, karena hal yang wajar bagi seorang manusia melakukan sebuah dosa. Mari kita bermuhasabah, bersama-sama melihat apa yang ada didalam diri. Adakah secuil kedengkian yang melekat, atau sebiji sawi kesombongan yang tertempel, atau bahkan kita tak menyadari bahwasanya ada dosa sebesar gajah yang hinggap dalam diri kita.
Dalam buku Tazkiyatun Nafs, disebutkan bahwasanya ketika kita tidak mengetahui aib kita sendiri, maka kita tidak akan mampu membuangnya. Muhammad bin Wasi' pernah berwasiat kepada dirinya sendiri, yang semoga menjadi pelajaran bagi kita semua, bahwa ketika dosa memiliki bau, barangkali sungguh tidak ada seorangpun yang sanggup duduk membersamaiku. Maka, bagaimana dengan kita? Perlulah kita terus memuhasabah diri agar terus menyadari, menghilangkan dosa, bertaubat dan menggantinya dengan kebaikan lainnya.
Bahkan, kenikmatan tidak hanya berupa harta. Bisa jadi kenikmatan berupa kesendirian bersama dengan Allah ditengah malam. Mungkin kita sering shalat malam, dan bertilawatila Quran dalam kesepian malam, namun, apakah ada secuil kenikmatan haru ketika membacanya? Ataukah perasaan kita seakan tidak ada apa-apa. Atau bahkan, kita lebih terharu mendengarkan lagu, menonton film, atau membaca novel? Segera periksa hati kita. Adakah kemaksiatan yang masih belum kita sadari? atau bahkan kita sadari namun kita tidak mau melepaskannya, sengaja melepaskan pakaian ketaqwaan dan diganti dengannya?
Ketika kita terus berbuat kemaksiatan, namun Allah selalu saja memberikan kebaikan-kebaikannya kepada kita, maka berhati-hatilah. Bisa jadi itu adalah istidroj. Sebuah kenikmatan yang juga diberikan kepada orang-orang kafir, yang mana mereka terus berbuat kemaksiatan, ingkar kepada Allah, akan tetapi Allah memberikan nikmat yang lebih kepada mereka. Dan, mereka sebenarnya sedang menunggu masa dimana mereka diberikan kenikmatan yang melimpah, dan mereka bergelimang dalam kemaksiatan, yang akhirnya dipuncak kemaksiatan tersebut, Allah mencabut nyawanya, sebagaimana yang tercantum di dalam surat Al-An'am ayat 44.
"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami-pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa."
Semoga kita terhindarkan dari segala dicabutnya nikmat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar