Sabtu, 02 Agustus 2014

Sanggupkan Engkau Setangguh Dia?

Menyembunyikan perasaan cinta layaknya tulisan saya tentang Ali kepada Fatimah, dan Fatimah kepada Ali, merupakan sesuatu yang sangat luar biasa, padahal mereka adalah teman sepermainan kala kecil, tapi sanggup menahannya sampai pernikahan tiba. Ali, pemuda tangguh andalan Rasulullah Saw, memang tampak murung ketika sederet orang-orang hebat berusaha melamar Fatimah. Tapi, Ali manusia pilihan, sahabat terbaik Rasululillah yang menggantikan tidur Sang Kekasih ketika Sang Kekasih hijrah ke Madinah, tiada pernah akan merasa kehilangan sedikitpun atas apa yang telah diambil Sang Khaliq.

Memang, kita tahu betapa besar cinta yang dipendam Ali kepada Fatimah, tapi dia berusaha memendam, dan menyembunyikannya.

Ah, indahnya kisah cinta mereka. Sanggupkan Engkau Setangguh Dia?

Dan kini, tak kalah tertegunnya kita akan kisah seorang Sahabat Rasulullah dari Negeri Penyembah Api, ya, Salman Al-Farisi. Sebuah nama yang kini tiada hanya menghiasi jalur-jalur cinta para pejuang, akan tetapi juga menjadi sebutan bagi kamar saya, karena kebetulan ditempat saya tinggal di Malang, setiap kamar diberi nama-nama Shahabat Rasulullah, dan kebetulan sekali, nama kamar saya, "Salman Al-Farisi".

Kedatangannya dari Negeri Antah Berantah yang nun jauh disana, membuatnya tiada mengetahui tradisi yang ada di negeri tempat ia tinggal sekarang. Hingga, suatu ketika, dia bertemu dengan sahabatnya yang bernama Abu Darda'. Kita tiada pernah sanggup mengilmui Allah. Dan, pertemuan Salman dengan Abu Darda', sudah terencanakan oleh-Nya.

Salman merasa bahwa sudah saatnya dia harus menikah, mencari pasangan hidup yang sesuai dengannya, secara syar'i. Dan dia, sudah mempunyai seonggok nama yang akan menjadi calon istrinya. Nama yang barangkali sudah menjadi incarannya sejak lama.

Tapi, kedatangannya yang dari tempat nun jauh, membuatnya ditakdirkan untuk mengajak Abu Darda' ketempat calon mertuanya, karena Abu Darda' merupakan orang asli Madinah. Berangkatlah mereka.

Sesampai dirumah perempuan tersebut, Abu Darda' membuka pertemuan dengan bahasa logat Madinah. Pertemuan berjalan dengan lancar, hingga sebuah suara dari balik hijab menyelimuti ruang pertemuan mereka,
"Putri saya, tiada bisa menerima Salman sebagai pasangannya, tapi kalau yang mengantarkan Salman mempunyai kehendak yang sama dengan Salman, maka lamarannya akan diterima", dan ternyata suara Sang Ibu yang keluar dari bilik tersebut.

Kita bisa membayangkan betapa hancur hati Salman. Betapa malu wajah Salman yang sudah mulai memerah. Tapi, merah wajah, dan berantakan hatinya, segera dia redam, segera dia susun. Salman dengan cepat meredam perasaan malunya, dengan segera menyusun kembali serpihan hatinya, dan dengan segera mengucapkan, "Allahu Akbar, kalau itu yang diinginkan oleh putri Anda, maka tiada kata lain, kecuali saya akan merestuinya, dan akan menyiapkan segala kebutuhan pernikahan mereka," Sanggupkan Engkau Setangguh Dia?

MasyaAllah, kisah menyejarah itu, membuat kita harus tertegun dengan betapa banyaknya hikmah yang kita ambil. Kita melihat seorang Salman yang mempunyai maksud baik dengan melamar langsung perempuan yang tiada diketahui berapa lama Salman memendam perasaannya tersebut, tapi ternyata penolakan halus, bahkan memilih sahabat Salman sebagai Suami, merupakan hal yang sangat menyedihkan, tapi Salman, cintanya kepada Rabbnya lebih besar. Dia rela melepaskan perasaan cinta kepada Hamba-Nya hanya dalam waktu sepersekian detik. Dia, mampu menjaga perasaan sahabatnya, tiada egois dengan perasaannya.

Maka, marilah kita belajar dari Salman, yang kisahnya menyejarah, tiada pernah terbayangkan, perasaan yang terpendam dalam waktu lama, hanya berubah dalam waktu sepersekian detik, karena dia hanya menjadikan cinta kepada sesama hamba sebagai obyek, yang mampu dipindahkan kemana saja ketika Sang Khaliq yang menjadi Subyek tiada menghendaki. Inilah bukti cinta sejati Salman kepada Rabbnya. Sanggupkan Engkau Setangguh Dia?


Pasuruan, 2 Agustus 2014

Izzur Rozabi Mumtaz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar