Setiap orang pasti pernah mendapati dirinya disuruh, diperintah, ataupun diajak oleh orang lain. Ada sebuah ajakan yang baik, ada juga yang buruk. Ada perintah yang baik ada juga perintah yang buruk. Tergantung apakah kita memilih ajakan atau perintah itu atau tidak. Contoh ajakan dan perintah yang baik apa saja yang terdapat di dalam, surat Cinta abadi Milik-Nya, Al-Qur’an. Pernahkah anda menemukan sebuah kecacatan di dalamnya? TIDAK!!!
“dan sungguhh, kamu akan mengetahui (kebenaran) beritanya Al-qur’an setelah beberapa waktu lagi” (Q.S Az-Zumar : 88)
Berbicara mengenai ajakan dan perintah, pernahkah tersadar di dalam pikiran anda bahwa itu dinamakan sebuah doktrin. Apa yang tergambar di lintasan fikiran anda ketika saya menyebutkan kata “doktrin”? Kenapa kebanyakan orang saat ini memperdebatkan tentang sebuah doktrin, tidak ada yang salah dengan doktrin. Seperti yang saya sebutkan di atas, tergantung doktrin -perintah dan ajakan- yang diberikan ; Buruk atau baik.
Setiap orang pasti mendapati sebuah doktrin dari orang lain setiap harinya. Contohnya simple lagi seperti ketika kita akan turun dari bus kota, pasti kondektur bus akan mengatakan, ”turun kaki kiri ya mas.” seketika kita akan menuruti apa yang diperintahkan oleh kondektur tersebut agar tidak terjatuh. Namun berbeda lagi dengan pelanggan yang tidak mau mematuhi kondektur, pelanggan yang menurunkan kaki kanannya terlebih dahulu, pasti akan kesusahan, bahkan pasti akan terjatuh dari bus. Sungguh kita hidup setiap hari tidak lepas dari itu semua.
Selama doktrin itu baik, kenapa tidak diterima? Sekarang ini sangat banyak orang-orang yang didoktrin untuk menjadi lebih baik, namun tidak banyak pula dari mereka yang menolak dengan berbagai alasan.
“Yuk kita shalat jama’ah dulu”
”Ah nanti saja saya shalat sendiri di rumah/kos”
Apakah itu sebuah doktrin? Jelas itu sebuah doktrin, contoh sederhana itu adalah doktrin yang positif yang tidak sedikit dari kita menolaknya.
Terkait dengan doktrin, sudahkah anda mendapatkan doktrin dari kedua orang tua anda untuk memilih agama? Atau anda hanya mengikuti kehendak mereka tanpa bertanya apa itu islam? Kenapa harus islam? Bagaimana menjadi muslim sejati? Kenapa harus shalat? Atau bahkan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Mulailah pertanyakan itu kepada orang tua anda. Jadilah orang yang menerima nikmat berupa islam. Jadikan islam itu pilihan kita, jangan jadikan islam hanya sebagai warisan dari kedua orang tua kita sehingga membuat anda tidak berkembang tanpa memahami islam lebih luas, hanya mengikuti orang tua saja, kalau orang tua tidak shalat, ya anda tidak shalat. Mungkin hal seperti itu yang harus diperbaiki. Sebuah keluarga merupakan tempat calon-calon generasi penerus dilahirkan. Tempat para pemimpin bangsa dimulai dari tataran sebuah organisasi kecil yang dinamakan keluarga.
Kenapa islam berkembang di kalangan mahasiswa terutama di kampus-kampus besar atau kampus yang akan berkembang menjadi besar? Karena mereka itu orang-orang pilihan yang pintar dalam mengambil sebuah pilihan, jadi mereka pasti akan berfikir arti dari sebuah kebenaran serta bagaimana keadaan ummat ke depan kalau kerusakan moral terus-terusan terjadi. Pemikiran mereka tidak hanya terbatas untuk generasinya saja. Kalau pun di generasinya tidak berhasil, maka hasil yang diperoleh adalah sebuah keikhlasan demi kejayaan islam, bukan sebuah penyesalan. Mereka akan yakin bahwa generasi selanjutnya akan dapat menang dengan mengambil pelajaran-pelajaran dari generasi sebelumnya.
Saya terkadang ingin tertawa sendiri ketika ada seorang alumni S1 di sebuah perguruan tinggi negeri di salah satu kota besar di indonesia yang memberikan sebuah doktrin yang kurang baik kepada saya ketika saya baru memasuki kuliah, dia mengatakan, ”Kamu jangan ikut-ikutan organisasi-organisasi kerohanian di kampus ndul-begitu caranya memanggil saya-,pasti kamu nanti diajari mengucapkan salam kepada setiap orang di manapun bertemu, nanti kamu akan diajari kata-kata aneh seperti akh, ukh, ana, antum, dan yang lainnya”, laki-laki yang dulu saya kenal baik sekali itu melanjutkan doktrinnya, ”Kamu juga nanti diajak ikut pengajian tiap minggu –pekan-, pengajian itu tidak akan menghadirkan seorang kyai, hanya ustad muda. Nanti kamu juga pasti dikasih lagu-lagu nasyid, lagu-lagu islam. Nanti kedepannya, kamu akan dihadapkan dengan politik negara”
”Siapa yang mengajak kepada kebaikan ,maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan siapa yang mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun” (HR Muslim)
Subhanallah. Adakah yang salah dengan itu semua? Mungkin ada diantara anda yang beranggapan bahwa itu semua salah, atau sebagian salah, atau bahkan tidak ada yang salah. Namun itu adalah sebuah doktrin sejajar, yaitu doktrin yang memiliki tujuan agar kedudukan saya sama dengan dia. Mungkin dia dulu ketika berada di kampus tidak mengikuti kerohanian, sehingga ketika saya baru memasuki kuliah sudah di doktrin -ajak- seperti itu agar nasib kami berdua sama. Tidak ikut organisasi.
Ketika saya mendapatkan doktrin seperti itu, saya malah berfikiran untuk bergabung dengan mereka, bahkan setelah memasuki tempat mereka, saya berusaha untuk terus mengikuti kegiatan mereka. Saya ikuti kajian mereka, dan bahkan benar apa yang dikatakan teman saya, yang mengisi adalah seorang ustad muda, bahasan yang disampaikan lebih mengena dengan pemuda saat ini, bahasannya di kemas dengan bahasa yang sederhana. Sungguh nikmat mengikutinya, tidak ada salahnya teman saya tadi mendoktrin saya seperti itu sehingga membuat saya mengikutinya, ini adalah cara Allah untuk mempertemukanku dengan mereka. Adakah hikmah yang dapat diambil? Jelas ada, kalau dia tidak memberikan doktrin seperti itu, mana mungkin saya berusaha mencari tahu kerohanian yang ada di kampus. Semoga saudara saya tadi juga mendapatkan balasan atas semua ini, baik atau buruk, Wallahu ’Alam.
Terkait masalah politik, barang siapa yang mencintai agamanya, pasti akan mencintai negaranya. Itu adalah sebuah fitrah yang tidak dapat terpisahkan. Oleh karena itu seorang muslim tidak akan terlepas dari sebuah negara. Jadilah muslim negarawan seperti yang dicontohkan Rasulullah. Bersih. Jujur. Amanah. Tidak seperti politik yang saat ini terjadi di belahan dunia.
Kalau ada yang mengatakan sebenarnya politik itu kotor, maka ijinkan saya berpendapat bahwa politik itu memang kotor, namun tergantung siapa yang memanfaatkan. Ibarat kotoran ayam, kalau orang biasa yang melihatnya, itu akan menjadi sesuatu yang menjijikkan bahkan sangat meresahkan. Lalu bagaimana jika yang melihat itu adalah seorang petani atau peternak? Itu adalah lahan untuk menghasilkan uang dengan cara halal. Kalau masih ada yang mengatakan politik itu kotor, maka ijinkan saya untuk yang kedua kalinya mengatakan bahwa politik itu tidak kotor, yang kotor hanyalah orang-rang di dalamnya. Kalau peraturan dalam politik tidak ada yang kotor.
Pahamilah arti islam itu secara meluas, apa makna yang terkandung dalam islam itu, bahkan pernahkan terfikir di dalam fikiran kita esensi dari syahadat yang menjadi syarat utama untuk menjadi seorang muslim?
”Ketika nabi saw bepergian, ditemani mu'adz, beliau memanggil; wahai mu'adz, ia menjawab; ya ' ada apa rasulullah? beliau memanggil lagi " wahai mu'adz , ia menjawab ; ya ada apa rasulullah ? ; beliau memanggil lagi ; wahai mu'adz, ia menjawab ; ya ada apa rasulullah? , ini adalah panggilan yang ketiga kalinya, kemudia beliau bersabda; " seorang hamba yang bersaksi, bahwa tidak ada tuhan selain Alloh, dan Muhammad adalah hamba serta utusan-Nya dengan sebenar- benarnya keluar dari lubuk hati,Alloh pasti mengharamkan dirinya dari api neraka"kemudia muadz bertanya; apakah boleh saya memberitahukan orang banyak supaya mereka gembira ?; beliau bersabda;"Kalau mereka mengetahui,mungkin akan sembrono. tatkala Mu'adz akan meninggal ia memberitahkuan hal ini karena takut akan berdosa (HR Bukhari dan Muslim, Dari Anas ra)
Pemaknaan kita atas syahadat masih belum sepenuhnya, karena itu kita belum dapat menikmati islam secara menyeluruh. Hanya setengah-setengah. Sedikit-sedikit berbuat maksiat, sedikit-sedikit mengeluarkan kata-kata yang tidak baik, sedikit-sedikit menggunjing sesama saudara, sedikit-sedikit marah. Ah, sungguh indah kalau kita benar-benar memahami islam.
Wassalam
Izzur Rozabi
Pasuruan, 1 Agustus 2011
06:23
Tidak ada komentar:
Posting Komentar