Laki-laki majusi yang mencari jati dirinya yang sebenarnya sudah dia tentukan ketika dia memilih sesuatu, namun masih dia cari-cari. Agama majusi bukanlah pilihannya. Itu adalah agama orang tuanya serta nenek moyangnya. Namun karena orang tuanya majusi, jadi dia ikut majusi. Kalua saja orang tuanya kristen, mungkin dia akan ikut kristen juga. Lalu bagaimana dengan kita? Apakah hanya ikut-ikutan agama yang sedang kita anut ini atau ini sudah menjadi pilihan kita?
Namun seiring berjalannya waktu, ternyata laki-laki ini mengetahui bahwa ada agama baru selain majusi, dan cara beribadahnya berbeda sehingga dia tei a ke agamtuk mempelajarinya. Lalu masuklah dia ke agama nasrani. Namun seiring berjalannya waktu juga, ternyata sebelum wafat, pendeta tempatnya mencari Tuhan itu menyuruhnya mencari seorang Rasul yang diutus oleh Tuhan untuk seluruh ummat. Ada beberapa tanda kerasulan yang disebutkan pendeta hingga suatu hari dia menemukan itu semua di seseorang yang wajahnya sangat teduh, hingga akhirnta dia menyatakan keislamannya dan bersiap untuk membela agama islam. Yah itulah sepenggal kisah Salman Al Farisi yang nantinya masih banyak lagi kisahnya yang sangat menggugah dan cocok untuk diambil hikmahnya. Silahkan dibuka lagi googlenya untuk mencari sosok lain dairi seorang Salman untuk dipelajari.
Lain Salman, lain juga dengan paman Nabi. Seorang laki-laki yang sangat menyayangi Rasulullah sampai-sampai kasih sayangnya kepada Murabbi besar kita lebih besar daripada kepada anak-anaknya. Namun karena Dien ini bukanlah keturunan, akan tetapi sebuah pilihan, sehingga seorang Rasul pun yang mengajak pamannya untuk masuk kepada islam, namun karena Allah belum memberikannya hidayah sampai ajal menjemputnya, sehingga dia tetap dalam keadaaan belum islam. Sekarang sudahkah kita mengambil keputusan bahwasanya pemilihan agama ini bukan karena keturunan, akan tetapi pilihan dari kita sendiri. Coba kita lihat Abu Bakar yang menentukan pilihannya sendiri untuk bergabung dengan dakwah, sehingga dia mendermakan seluruh hartanya untuk dakwah. Umar Bin Khattab yang awalnya memusuhi dakwah, naun karena hidayah dari Allah masuk kepadanya melalui Surat Taha. Maka dia menjadi orang yang sangat ganas terhadap kebatilan dan lembut kepada kebaikan.
Tidak sedikit kita melihat hal yang seperti itu di sekitar kita. Bahkan banyak sekali saudara-saudara kita di Jalan Allah yang dulu awalnya jahiliah. Merokok. Berpacaran. Tawuran. Suka ngomong kotor. Dan sebagainya. Namun ketika masuk ke dalam lingkaran dakwah, mereka adalah orang yang paling memerangi hal-hal yang seperti itu. Banyak diantara saudara kita yang sudah berdamai dengan masa lalunya, namun tidak sedikit dari mereka yang masih berkumpul dengan masa lalunya, sehingga terkadang dia kembali ke masa lalunya. Semoga kita yang seperti itu segera disadarkan oleh Allah dan kembali ke jalan dakwah ini lagi. Semga kefuturan yang pernah kita alami segera tersembuhkan.
Waalahu ’Alam
Izzur Rozabi Mumtaz
Pasuruan, 25 Januari 2012
13:20
Tidak ada komentar:
Posting Komentar