Ibadah puasa di bulan ramadhan merupakan sesuatu yang dinanti-nantikan seluruh ummat muslim di seluruh belahan dunia, sekalipun itu di Negara terjajah seperti Palestina.
Bulan ramadhan merupakan bulan penuh kemenangan. Bagaimana tidak, ketika jaman Rasulullah saja banyak sekali kemenangan-kemenangan yang diraih ketika bulan suci ini. Diantaranya adalah fatchul mekkah, perang badar, perang khondaq, perang rodes, bahkan perang-perang lainnya.
Ketika kita berpuasa, itu sama halnya dengan ketika kita menunda nikmat. Ketika kita biasanya makan jam tujuh pagi, namun tertunda tidak dapat makan pukul itu karena telah tergantikan dengan sahur yang datangnya lebih awal. Ketika siang tiba, kita yang semestinya makan siang, tapi kita harus menunggu sore hari agar dapat menikmati nikmatnya salah satu rejeki dari Allah ini.
Namun, kita tidak dapat mengakumulasikan semua itu menjadi satu. Karena kita tidak makan siang, jadi makan siang dan malam digabung menjadi satu. Sungguh tidak demikian kita menghitungnya.
Diharapkan output dari semua itu adalah kita dapat mengambil banyak ibrah darinya. Misalnya penundaan makan di pagi serta siang hari itu dapat berkelanjutan ketika bulan ramadhan telah usai. Seperti halnya kita melaksanakan puasa-puasa sunnah.
Kalau merasa berat ketika melaksanakan puasa sunnah Nabi Daud yaitu sehari puasa sehari tidak, dapat juga melaksanakan puasa sunnah Nabi Muhammad SAW yaitu puasa setiap Hari Senin dan Kamis. Namun kalau tetap merasa berat dengan melaksanakan puasa sunnah Nabi Muhammad SAW, dapat juga melaksanakan puasa sunnah Nabi Adam, yaitu puasa pertengahan bulan yakni tanggal 13,14 dan 15 setiap bulannya. Puasa ini biasa disebut puasa ayyamul bidh.
Di bulan suci yang penuh barakah ini, kita juga diajarkan agar kita dapat merasakan nikmtanya lapar seperti yang dirasakan saudara-saudara kita yang lainnya yang kurang mampu. Namun bedanya, kita masih dapat merasakan nikmatnya berbuka, namun mereka belum tentu dapat merasakannya. Oleh karena itu, sungguh sayang sekali jika kita tidak dapat mengambil ibrah darinya.
Ramadhan yang juga makna lainnya adalah membakar ini sangat bermanfaat untuk kesehatan. Kelihatannya non-sense, tapi bagaimana lagi kalau ini memang sudah terbukti.
Ketika kita berpuasa, kita berarti sedang membakar lemak. Ini sangat ampuh untuk berdiet. Tidak hanya untuk membakar lemak, namun ramadhan ini juga bertujuan untuk membakar nafsu kita.
Ketika kita sedang berpuasa, setan-setan dibelenggu di dalam neraka. Jadi tidak ada lagi yang menggoda kita. Kalaupun ketika sedang berpuasa, namun kita tetap saja berbuat maksiat, berarti yang bekerja itu bukanlah setan-setan tadi, namun sifat setan yang sudah menjadi kebiasaan kita lah yang melakukannya.
Oleh karena itu, ketika setan sedang dibelenggu, marilah kita melatih diri kita dengan membakar nafsu-nafsu kita selama bulan ramadhan agar kita dapat keluar dari bulan ramadhan dalam keadaan benar-benar suci dan hanya membawa arang-arang sisa pembakaran hawa nafsu tadi untuk diberikan kepada setan yang baru saja dilepaskan.
Ikhwafillah, begitu dahsyatnya ramadhan ini sehingga mempengaruhi iklan-iklan yang ada di layar televisi. Seperi yang kita lihat, sekarang banyak iklan-iklan yang pemerannya mengenakan krudung dengan menebarkan salam serta.
Bahkan tidak jarang ada beberapa acara yang menambahkan acaranya dengan nama spesial ramadhan ataupun kata-kata yang lain. Tidak kalah pentingnya, pemainnya sinetron atau komedi banyak yang mengenakan krudung serta ada yang membuka dengan bacaan salam.
”Assalamu’alaikum” bahkan ada pula yang membuka dengan bacaan basmalah serta menutup dengan bacaan hamdalah. Alhamdulillahirobbil ’Alamiin. Sungguh islam memang rahmat untuk seluruh alam.
Ramadhan juga dapat mempersatukan kita dengan saudara-saudara atau bahkan tetangga-tetangga kita yang jarang bertemu dengan kita, namun dengan kehadiran bulan suci ini, minimal kita dipertemukan dengan mereka ketika melaksanakan shalat tarawih, pengajian dalam menyambut bulan suci ramadhan atau bahkan bertemu ketika melaksanakan shalat jama’ah subuh selepas sahur.
Ramadhan itu memang dahsyat. Coba kita lihat orang-orang di sekeliling kita. Mereka yang biasanya memakai pakaian ketat, namun karena menghormati bulan suci ini, mereka mulai memakai pakaian yang tidak terlalu ketat. Bahkan ada juga yang biasanya tidak memakai krudung, namun untuk menghormati bulan ramadhan, akhirnya mereka memakai krudung.
Ada juga yang biasanya merokok di depan umum, sekarang minimal karena berpuasa, mereka tidak merokok di depan umum lebih dahsyat lagi jika mereka ikut berpuasa sehingga menahan nafsunya untuk tidak merokok sampai terbenamnya matahari.
Lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita yang ketika sebelum bulan ramadhan datang sudah berusaha menjadi baik, namun ketika bulan ramadhan datang, usaha kita untuk menjadi lebih baik itu tetap dan biasa-biasa saja tanpa ada usaha lebih?
Sungguh sangat disayangkan jika kita sudah merasa baik ataupun suci, sudah merasa amalnya banyak sehingga tidak perlu ditingkatkan lagi atau bahkan merasa aman dengan amalan-amalan yang kurang istiqomah serta kurang ditingkatkan. Ada seorang al-akh yang mengatakan kepada saya bahwa menjadi suci itu harus, namun alangkah baiknya jika kita tidak merasa sok suci.
Marilah kita berubah untuk menjadi yang istimewa di bulan suci ini. Jadikanlah bulan ini sebagai titik tolak perubahan kita semua. Lakukanlah hal-hal yang istimewa di bulan yang istimewa karena Allah akan membalas itu semua lebih dari sekedar kata ”istimewa”.
Misalnya di luar Bulan Ramadhan kita yang biasanya membaca Al-Qur’an sebanyak satu juz sehari, maka di bulan istimewa ini marilah ditingkatkan menjadi 3 juz sehari. Tidak cukup susah kalau memang ditekadkan untuk seperti itu. Dan ingatlah bahwa prasangka Allah itu dekat dengan prasangka hamba-Nya. Kalau kita berprasangka bahwa kita bisa melakukannya, pasti Allah juga membisakan kita.untuk menunaikannya.
Wassalam
Izzur Rozabi
Malang, 29 Juli 2011
20:26
Tidak ada komentar:
Posting Komentar