Kamis, 26 Januari 2012

INI TULISANKU. MANA TULISANMU?


Di pagi yang cerah ini, sekotak kabin serta do’a rabithah mengalun lirih dari laptopku dengan setia menemaniku untuk menulis. Sedikit intermezzo untuk tulisan yang aku tulis di Kota Malang dengan hawa dinginnya yang menusuk.

Sebuah tulisan pembuatannya haruslah mengalir begitu saja seperti air. Setiap apa yang ada di dalam pikiran kita, tuangkan saja dalam bentuk tulisan ataupun karya yang lain.

“Kalau kalian ingin membuat sebuah tulisan, tulis dulu apa yang ada di dalam pikiran kalian.” Kata salah seorang dosen bahasa indonesiaku melanjutkan pembicaraannya.

“Semisal apa yang ada di dalam pikiran kalian sekarang?”

“Tempe” Itulah jawaban yang keluar dengan polos dari mulutku.

“Yah tempe, sekarang kita coba bahas tentang tempe” lalu dosen yang sudah mulai beruban itu menerangkan kelanjutan cerita tentang tempe.

“Tempe. Apa sih tempe itu? Tempe merupakan suatu olahan yang terbuat dari kedelai. Setiap pagi kita memasak tempe. Lama kelamaan harga tempe semakin naik. Hal tersebut disebabkan oleh inflasi yang saat ini terjadi di Indonesia sehingga mengakibatkan bahan dasar tempe mahal. Kedelai saat ini mencapai puncak harga tertingginya. Oleh karena itu, kita harus dapat membuat suatu inovasi baru agar dapat mengembalikan harga tempe ke tempat semula dengan cara mengendalikan inflasi yang terjadi saat ini. Keadaan ekonomi di Indonesia yang sedang kacau saat ini membuat harga bahan-bahan pokok lainnya menjadi mahal. Kita perlu mengkajinya lebih lanjut. Oleh karena itu, dan seterusnya”

Pemaparannya sangatlah bagus. Tidak jauh beda dengan pemaparan ahmad fuadi, pengarang buku  Negeri 5 Menara serta Ranah 3 Warna. Ketika aku menghadiri bedah bukunya, beliau berkata.

“Untuk menulis itu sangatlah mudah. Kita cukup menuliskan apa yang terlintas di dalam pikiran kita. Tulis langsung di laptop ataupun HP anda. Atau kalau tidak punya laptop ataupun HP kita dapat kembali ke jaman kuno, yaitu ditulis di kertas (semua audience tertawa). Tulis itu semua. Jangan pernah takut salah. Urusan salah, itu belakangan. Urusan mengoreksi tulisan kalian. Itu urusan belakangan yang penting nulis dulu.”

”Jangan takut menulis. Ketika mulut dibungkam, tangan berbicara. Coba bayangkan kalau dalam sehari kita menulis 1 halaman penuh lalu kalkulasikan kalau kita menulisnya istiqomah dalam waktu setahun penuh. Kalian akan menghasilkan sebuah buku yang halamannya sebanyak lebih dari sama dengan 365.”

”Kalau kita ketemu lagi, semoga kita semua dapat berkumpul dalam keadaan yang sama-sama sukses menjadi penulis. Amin.”

Akhirnya penulis lulusan pondok modern gontor tersebut melanjutkan pembedahan bukunya.

Sudahkah ada yang termotivasi untuk menulis. Ini tulisanku. Mana tulisanmu?



Wassalam
Izzur Rozabi
Malang, 26 Juli 2011
06:09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar