Kejayaan islam di brawijaya kini tinggal menjadi luka lama yang mungkin akan bisa disembuhkan serta dibalas di hari akhir nanti. Biarlah Allah yang membalas akan fitnah yang pernah terlontar tersebut. Karena pada hakikatnya hanya Allah lah yang menguasai hari pembalasan itu.
Sebuah surat masuk ke rektorat lantai 5. Surat yang meminta ijin untuk mengadakan kajian di Masjid Raden Patah tersebut berasal dari salah satu golongan menjadi awal kekeruhan di dalam dakwah ini.
Surat yang berisi perijinan untuk mengadakan kajian dari salah satu golongan tersebut disetujui oleh pihak rektorat, akhirnya takmir yang saat itu merupakan orang-orang dari aktivis dakwah kampus ini menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan untuk kajian tersebut. Ada beberapa jamaah yang datang, namun setelah lama menunggu, ternyata ustadz tidak datang-datang. Kondisi saat itu masih hujan, jadi mungkin ihsanudz dzonnya, ustad sedang kehujanan, akhirnya tidak bisa menghadiri kajian dari golongan tersebut, sehingga kajian dibatalkan oleh mereka ssendiri.
Namun ternyata Allah memiliki rencana lain. Dan sungguh tidak dapat diduga. Keesokan harinya 200 orang dari golongan tersebut mengadakan demo. Demo yang sangat aneh. Aneh karena menuntut untuk membubarkan takmir Masjid Raden Patah. Kenapa?
”Masjid tersebut hanya dikauasai golongan tertentu. Kami mau mengadakan kajian saja dihalangi”
Subhanallah itu lah pendapat yang keluar. Yah ternyata golongan yang akan mengadakan kajian kemarin merasa sakit hati karena kajian mereka dibatalkan. Padahal kalau dilihat lagi. Ternyata ada beberapa faktor yang membuat itu semua tidak terlaksana.
Banyak teka-teki serta rahasia yang harus dibongkar atas kejadian ini. Diawali dari sebuah fitnah yang akhirnya mendatangkan lebih dari 200 massa untuk berdemo di bundaran rektorat yang dulu masih belum ada. Bahkan ada tulisan yang sungguh tidak mengenakkan,
“Bakar Jenggot”
“Bakar celana cingkrang”
Ketua takmir saat itu sangat membela masjid kebanggaan Brawijaya tersebut. Sembari meneteskan air mata, dia meneriakkan,
”Kami tidak bersalah, ini fitnah”
Aktivis dakwah lainnya hanya dapat menariknya dari kerumunan massa saat itu. Mengharukan mungkin kalau kita sedang berada disana.
Namun waktu seakan berjalan cepat, tidak terasa sekarang sudah 3 tahun lamanya. Sudah 3 tahun lebih lamanya Masjid Raden Patah berpindah tangan dari masa keemasan, menuju jaman yang sekarang. Kalau dulu senior-senior 2007 keatas masih bisa merasakan nikmatnya ukhuwah yang tercipta dari masjid tersebut, mungkin sekarang 2008, 2009, 2010, 2011, atau bahkan maba 2012 belum merasakan nikmatnya ukhuwah yang tercipta di masjid ini.
Ternyata orang-orang belum memahami islam secara sepenuhnya. Masih banyak yang memahami islam secara setengah-setengah. Bahkan melakukan sunnah Rasul seperti itu dianggap menyimpang dengan mereka karena mereka lebih mendahulukan adat daripada islamnya, sehingga susah untuk memberitahukan hal tersebut kepada mereka. Atau bahkan hal ini seperti yang dihaditskan Rasulullah bahwasanya mendekati hari kiamat, fitnah terhadap ummat ini akan semakin banyak. Ternyata benar saja. Semua golongan saling memfitnah satu sama lain, padahal yang memfitnah belum tentu golongan yang benar, atau bahkan yang difitnah merupakan orang-orang pilihan Allah.
Sekarang sudah nampak sekali fitnah terhadap ummat ini, terhadap dien ini. Orang menganggap bahwasanya yang bercelana cingkrang itu teroris, yang berjenggot teroris, yang tidak membaca basmallah ketika shalat dianngap menyimpang. Subhanallah. Lebih banyak beristighfar dan belajar tentang islam, jangan sampai konspirasi yahudi sudah merasuki pikiran kita sehingga saling menjelek-jelekkan golongan lain. Surga yang dijanjikan kelak aalah milik Allah, bukan milik manusia. Percuma saja menggaungkan golongan, toh bukan punya satu golongan kok surga itu.
Wallahu ‘Alam darimana asalnya konspirasi ini tercipta, namun sebegitu hebatnya konspirasi tersebut membuat media lokal meliput dan membuat berita yang kurang mengenakkan mengenai aktivis dakwah di Brawijaya.
Keesokan harinya setelah demo berlangsung, salah satu koran lokal yang memuat berita tentang Brawijaya menggratiskan korannya. Dan Brawijaya menjadi berita hangat saat itu.
”Masjid Raden Patah Brawijaya dikuasai golongan tertentu”
Kurang lebih seperti itulah Sebuah kejadian yang membuat gempar UNIBRAW ini membuat beberapa perangkat UAKI dipanggil rektorat. Mereka disidang. Seakan-akan mereka adalah pihak yang paling bersalah. Yah, ini fitnah atau tidak, kita tetap berprasangka baik kepada Allah.
Wallahu ’Alam
Izzur Rozabi Mumtaz
Malang, 29 Januari 2012
11:09
Tidak ada komentar:
Posting Komentar