Bismillah..
Lama rasanya tidak mengungkapkan perasaan ini dalam sebuah catatan. 5 bulan lalu masih menyempatkan untuk mencatat setiap kejadian, kajian, serta halaqah agar dapat diambil hikmahnya dan selalu melekat, namun sudah lama rasanya tidak melakukan itu semua. Seakan-akan kajian berlalu seperti itu saja. Seakan-akan halaqah hanya formalitas belaka tanpa adanya output yang riil untuk dilakukan.
Cerita ini berawal ketika malam ke dua puluh satu Ramadhan 1432 Hijriah. Malam yang membawa pengaruh besar, mungkin hanya beberapa menit saja, namun membawa pengaruh penting buatku. Rencana Allah memang lebih indah daripada rencana manusia. Perlahan-lahan Dia merubah Mindset ku tentang semua yang aku alami. Yah, salah satunya tentang perbedaan. Apa sih perbedaan itu? Kok semua lebih mementingkan golongan mereka? Entah itu NU, Muhammadyah, Wahabi, Syiah, Sunni, Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir ataupun yang lain.
Malam tarawih ke 21, aku mengikuti tarawih di sebuah masjid yang kental dengan muhammadyahnya. Aku lebih menyukai disana, karena shalat tarawihnya lebih santai. Jadi tidak terlalu capek walaupun ayat yang dibaca panjang-panjang. Setelah melaksanakan shalat isya, seorang ustad maju ke depan untuk menyampaikan tausyahnya. Seorang ustad yang terbiasa megisi kajian senin sore (Kasensor) di Brawijaya. Sebut saja Ustad A.
Kita tidak dapat memungkiri adanya pebedaan warna bendera, apa itu bendera, yah yang dimaksud bendera disini adalah golongan atau organisasi yang sedang beredar di masyarakat. Ada yang membawa bendera biru, ada yang hijau, ada yang kuning,dan masih banyak yang lain
Namun kebanyakan dari mereka banyak yang lebih membanggakan benderanya masing-masing, padahal ketika kita lebih membanggakan bendera kita daripada Allah, maka terdapat kesombongan di dalam Qalbunya.
Allah melarang orang sombong untuk memasuki jannah-Nya, sedikit apapun itu. Padahal di surat Al-hujurah ayat 10 telah disebutkan bahwasanya
”Sesungguhnya orang2 mukmin adalah bersaudara,karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu, dan bertakwalah kepada Allah.supaya kamu mendapat rahmat”
Itulah surat Cinta dari-Nya yang terkadang kita baca namun jarang kita tadabburi. Kita lebih mementingkan bendera kita dibandingkan persaudaraan kita dengan sesama orang mukmin, kenapa harus muknmin? Bukan muslim? Nah itu yang aku sendiri masih ga tahu, hehe.
Kurang lebih seperti itulah yang terjadi di masyarakat kita saat ini. Coba bayangkan kalau kita semua bersatu dan saling menyadari kelebihan dan kekurangannya masing-masing? Dengan adaya si biru, maka ada rumah sakit islam dengan adanya si hijau berbintang, maka ada pondok yang siap untuk mendidik. Lebih fokuslah pada kelebihan saudara kita, jangan terlalu fokus pada kenegatifannya, karena itu semua hanya akan menyebabkan kita berfikir kurang baik terhadap saudara mukmin.
Buat apa berbangga dengan bendera yang aku bawa sekarang? Hanya membuat penyakit hati saja, sekuat apapun memberi masukan kepada Saudara kita yang berbeda pandangan, akan lebih susah ketika semua mementingkan ormasnya sendiri-sendiri. Bahkan nanti yang ada malah meremehkan saudara kita yang lain.
Yuk sama-sama kita turunkan bendera kita, kita angkat bendera tauhid yang mengEsakan Allah, bukan mengEsakan NU, Muhammadyah, Hizbut Tahrir, ataupun yang lainnya. Terkait kedaan kampus, aku kurang tahu, tapi yang pasti banyak sekali idealis masing-masing mahasiswa yang membuat aku sendiri bingung.
Wallahu ’Alam
Wassalam,
Izzur Rozabi Mumtaz
Pasuruan, 12 Safar 1433 Hijriah/ 6 Januari 2012
17:44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar