Anakku diasuh naruto? Pernahkah anda melihat judul buku itu? Atau bahkan yang mirip dengan itulah. Setidaknya aku pernah melihat judul buku yang kata-katanya mirip seperti itu di IBF (Islamic book fair) beberapa bulan lalu. Aku tidak membeli buku itu walaupun harganya tidak terlalu mahal. Tapi semoga buku itu membahas sesuatu yang positif tentang kisah-kisah naruto. Karena sejauh yang aku lihat, masih banyakhal-hal positif yang aku lihat dari kisah naruto. Ehm, tergantung yang mengambil ibrahnya sih.
Aku mulai mengambil ibrah (pelajaran) dari sebuah kisah naruto. Pagi ini ketika sedang menikmati liburan semester genap, aku menyempatkan untuk menonton film naruto lagi. Cerita naruto pagi ini cukup menarik. Tentang kepemimpinan.
Kurang lebih ceritanya seperti ini. Naruto mendapatkan amanah untuk menjadi ketua dari murid-murid ninja yang ada dibawahnya, namun naruto menolak hal tersebut, karena tidak ada tantangan sedikitpun. Namun ketika itu, hokage (pemimpinnya) mengatakan kalau naruto ingin menjadi hokage, harus belajar memimpin dari hal yang kecil dulu. Naruto yang ketika itu memalingkan mukanya, langsung berlari menuju hokage yang saat itu hendak merobek surat perintah untuk naruto.
Sudahkah kita bisa mengambil darisini?
Apa?
Bagaimana kita menerapkannya?
Konkret kan?
Hehehe..
Yuk kita pahami cerita selanjutnya. Akhirnya naruto mengambil amanah itu dengan tujuan belajar memimpin sesuatu yang kecil agar dapat memimpin yang besar.
Latihan ini adalah mengambil sebuah surat gulungan dibalik gunung, gulungan itu hanya ada satu. Sementara terdapat beberapa kelompok yang siap untuk mengambilnya. Jalur menuju kesana sudah ditentukan dan nanti ada rintangan di setiap jalan, tidak boleh ada yang keluar dari jalur tersebut.
Semua kelompok berpisah. Semua melewati rintangan yang disediakan. Kelompok naruto juga melewati rintangan itu dengan baik. Namun tiba-tiba cuaca menjadi gelap, sementara perjalanan untuk mendapatkan gulungan itu masih jauh. Akhirnya naruto yang ketika itu menjadi pemimpin memaksa anggotanya yang masih jauh berada di bawahnya itu untuk meneruskan perjalanan walaupun badai datang. Anggotanya meminta untuk beristirahat, namun naruto memaksa anak-anak yang masih bau kencur itu untuk tetap berjalan.
”Ayo kalian semua semangat, kelompok lain sudah hampir sampai, kita tidak boleh kalah” ajak naruto dengan penuh semangat, sementara anggotanya sudah tidak kuat, namun bagaimana lagi kalau pemimpinnya yang keras itu memaksa.
Susah juga ketika ada pemimpin yang memaksakan kehendaknya tanpa mendengarkan suara-suara yang ada dibelakangnya, padahal keputusan bersama adalah segalanya. Aku jadi teringat ketika aku berada di sebuah kepanitiaan. Pemimpinnya itu maksain egonya. Ah tidak usah diungkit-ungkit lebih jauh lagi. Kita ambil pelajaran sendiri-sendiri saja, tak layak aku untuk mendiktekannya.
Ketika sudah berjalan jauh, di hadapan naruto dan anggotanya terdapat jalan buntu, dan hanya ada sebuah gunung.
”kita harus melewatinya”
”kak naruto kami sudah tidak kuat.”
”kalian harus kuat, kita pasti bisa”
(mohon maaf percakapan ini saya rekayasa sedikit, hehe)
Akhirnya mereka menaiki gunung itu, naruto yang memiliki ilmu lebih daripada adik-adiknya itu berjalan di gunung yang memiliki kemiringan hampir 90 derajat tersebut. Sementara adik-adiknya? Dik-adiknya masih berusaha memanjat. Naruto yang sudah jauh diatas adik-adiknya hanya bisa marah-marah.
”kalian bisa cepat sedikit tidak?”
”kak, kami belum mendapatkan ilmu berjalan di kemiringan tajam seperti ini”
”kalau kalian bersungguh-sungguh, apa saja bisa kalian lakukan”
Dari sesi percakapan ini, sudah ada yang bisa mendapatkan pelajaran?
Mereka melanjutkan mendaki hingga akhirnya beristirahat di gua kecil yang masih muat menampung mereka. Tiba-tiba perut mereka berbunyi. Naruto mengeluarka bekal-bekal yang dibawanya. Ternyata Cuma ada makanan-makanan yang kalau mau memakannya harus dimasak dahulu. Akhirnya adik-adik tersebut mengeluh. Namun ketika mengeluarkan makanan terakhir, mereka semua tersenyum. Roti.
Akhirnya naruto membagi roti itu menjadi bagian yang sama. Ketika naruto memotong roti-roti itu, semua Adik-adik naruto berfikir untuk mendapatkan bagian yang paling besar. Setelah naruto selesai membagi, mereka kaget dan bertanya.
”kak naruto kok Cuma 3 potong? Kita kan ada 4 orang?”
”makan saja, aku sudah terbiasa lapar kok” jawabnya, namun perut naruto berbunyi
”kalau masalah perut tidak bisa dibohongi kak”
Akhirnya mereka mengambil bagian mereka masing-masing dan memotongnya sebagian untuk diberikan kepada naruto. Sungguh indah. Aku melihatnya ketika berada di kepanitiaan PITB. Aku tidak layak mendiktekannya juga, ambil ibrahnya sendiri ya.
Bekal yang tersisa hanyalah makanan yang tidak bisa dimakan kalau tidak ada air panas, sementara itu badai semakin menjadi, bahkan bebatuan dari atas mulai jatuh satu persatu, tidak tanggung-tanggung 2 batu besar menimpa naruto. 1 batu sudah bisa di pecahkan berkat kerjasama 3 adik-adik kecil naruto. Sementara batu yang satunya? Terus juga bagaimana mereka berempat bisa pulang dengan selamat sampai di tujuan? Bermodal kekompakan?
Itulah perbedaan film di indonesia dengan film di jepang. Film di jepang sangatlah mendidik. Pernah juga aku menonton film doraemon yang mengajarkan kepada penontonnya untuk menjaga kehijauan bumi. Indonesia kapan? Anak ristek juga kapan?
Wassalam
Mumtaz
Pasuruan, 20 Juli 2011
10:53
Tidak ada komentar:
Posting Komentar