Kamis, 26 Januari 2012

INI KELUARGAKU, MANA KELUARGAMU?


Seorang kader dakwah yang baik itu tidak hanya berbuat baik kepada saudaranya di perantauan, namun juga diharapkan berbuat baik kepada keluarga kandungnya. Tidak hanya dapat melebur atau bahkan bercanda dengan saudaranya di perantauan, namun juga harus dapat melebur serta bercanda dengan saudara kandungnya. Sungguh mengerikan sekali ketika mendengar seorang kader dakwah yang mempunyai komunikasi yang sangat lah baik dengan saudaranya di perantauan tanpa aa trouble, namun ketika kembali ke keluarga aslinya, dia menjadi kaku atau bahkan merasa diri paling pintar dibandingkan dengan saudaranya yang lain, merasa dirinya paling banyak ibadahnya dibandingkan saudaranya atau bahkan merasa ibadahnya paling benar dibandingkan saudaranya dirumah.

Ketahuilah saudaraku bahwasanya itu semua adalah penyakit-penyakit ummat di dalam dakwah. Anda tidak dapat hidup tanpa mereka, anda membutuhkan sebuah jamaah. Keluarga merupakan sebuah jamaah kecil namun cukup untuk membuat anda tenang. Bagaimana seorang ibu yang melahirkan anda dengan susah payah, membesarkan anda dengan sabar. Serta orang tua yang memberikan beasiswa kepada anda agar bisa mendapatkan pendidikan yang layak serta tinggi. Namun kenapa setelah anda mendapatkan beasiswa agar menjadi pintar, kepintaran itu digunakan untuk melawan mereka yang kebanyakan tidak mengenyam pendidikan setinggi yang anda duduki sekarang. Bagaimana mungkin anda merasa lebih tinggi daripada orang yang melahirkan, membesarkan, merawat serta memberikan beasiswa kepada kita?

Dari Jabir r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: "Sesungguhnya termasuk golongan orang yang paling saya cintai di antara engkau semua serta yang terdekat kedudukannya dengan saya pada hari kiamat ialah yang terbaik budipekertinya di antara engkau semua itu dan sesungguhnya termasuk golongan orang yang paling saya benci di antara engkau semua serta yang terjauh kedudukannya dengan saya pada hari kiamat ialah orang yang banyak bicara, sombong bicaranya serta merasa tinggi apa yang dibicarakannya itu - karena kecongkaannya." Diriwayatkan oleh Imam Termidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan.

Marilah segera kita berbenah diri untuk menghilangkan sifat-sifat yang sangat tidak baik itu. Itu semua hanyalah sebuah kesmbongan atas diri sendiri, sementara orang yang sombong temannya adalah setan. Teringat kembali cerita nabi pertama kita. Nabi adam. Setan yang diciptakan dari api diperintah Allah untuk bersujud kepada nabi Adam, namun dia menolak karena dia memiliki kelebihan dibandingkan adam. Mungkinkah itu yang sedang dialami kader dakwah saat ini? Merasa diri paling tinggi, paling pintar serta paling banyak amalannya sehingga membuatnya dapat berkata, “ah, aku dulu sudah pernah melakukan amalan itu, sudah cukup lah aku melakukan amalan itu”

Dibutuhkan sebuah istiqomah untuk kader agar dapat meneruskan perjuangannya tanpa terputus karena merasa amalannya sudah cukup untuk menebusnya dari jurang neraka. Na’udzubillah.

"Ridha Tulian terletak pada ridlta kedua orang tun dan kemurkaan Tuhan terletak pada kemurkaan kedua orang tua".

Hasan mauquf dan shahih marfu' didalam kitab Ash-Shahihah (515).


Wassalam
Izzur Rozabi
Pasuruan, 2 Agustus 2011
13:32

Tidak ada komentar:

Posting Komentar